BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Larutan penyangga, larutan dapar, atau buffer adalah larutan yang
digunakan untuk mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah
selama reaksi kimia berlangsung.
Sifat yang khas dari larutan penyangga ini adalah pH-nya hanya berubah sedikit
dengan pemberian sedikit asam kuat atau basa kuat. Dalam hal ini kami ingin
melakukan suatu pengamatan pada beberapa zat kimia yang bisa dikatakan larutan
penyangga. Selain itu kami juga ingin membuktikan larutan penyangga itu benar-benar
bisa mempertahankan pH-nya atau tidak dengan menggunakan alat pengukur pH yaitu
dengan Indikator Universal. Karena dasar itulah kami melakukan pratikum larutan
penyangga dengan mengambil sampel yaitu larutan asam lemah dengan basa
konjugasinya (CH3COOH + CH3COONa) dan larutan basa lemah dengan asam
konjugasinnya (NH3 + NH4Cl) dengan cara menambahkan larutan HCl, NaOH dan
Air suling .
Masalah Garam telah lama dikenal dan digunakan oleh
masyarakat luas. Garam di dalam kimia Di dalam kehidupan sehari-hari, garam
dikenal sebagai bumbu masak yang memberi rasa asin pada masakan. Sementara itu,
di dalam konsep kimia, garam merupakan senyawa ion yang terbentuk dari
penggabungan ion negatif sisa asam dengan ion positif sisa basa. Karena
merupakan gabungan dari ion-ion sisa asam dan sisa basa, maka garam umumnya
berbentuk larutan. Dalam konsep kimia, dikenal tiga jenis garam yaitu: 1. Garam
yang bersifat netral, berasal dari asam kuat dan basa kuat. 2. Garam yang
bersifat asam, berasal dari asam kuat dan basa lemah. 3. Garam yang bersifat
basa, berasal dari asam lemah dan basa kuat. Selain itu, juga terdapat garam
yang berasal dari asam lemah dan basa lemah. Hidrolisis garam Berdasarkan
reaksi hidrolisis, yaitu reaksi zat dengan air, garam-garam bila direaksikan
dengan air akan menghasilkan beberapa zat. Hidrolisis garam yang bersifat asam
akan menghasilkan ion H3O+ yang bersifat asam. Sementara hidrolisis garam yang
bersifat basa akan menghasilkan ion OH- yang bersifat basa. Hidrolisis garam
netral tidak menghasilkan zat apapun. Garam dapur yang telah banyak dikenal
juga merupakan senyawa ion dengan rumus kimia NaCl. Bentuk padat garam ini
diperoleh melalui proses kristalisasi. Garam ini berasal dari asam kuat HCl dan
basa kuat NaOH, sehingga termasuk garam netral. Karena hidrolisis garam netral
tidak menghasilkan zat apapun, maka garam ini (NaCl) bisa dikonsumsi karena
tidak mengubah keseimbangan asam basa di dalam tubuh.
Asam dan basa merupakan zat, yang mudah serta cepat
dipahami dan diteliti dalam larutan. Larutan adalah campuran homogen dari dua
macam zat atau lebih. Larutan dapat berupa larutan elektrolit dan larutan non
elektrolit.
Asam dan Basa merupakan dua golongan zat kimia yang sangat penting dalam
kehidupan sehari - hari. Berkaitan dengan sifat asam Basa, larutan
dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu bersifat asam, bersifat basa, dan
bersifat netral. Asam dan Basa memiliki sifat-sifat yang berbeda, sehingga
kita bisa menentukan sifat suatu larutan. Untuk menentukan suatu larutan
bersifat asam atau basa, ada beberapa cara. Yang pertama menggunakan
indikator warna, yang akan menunjukkan sifat suatu larutan dengan
perubahan warna yang terjadi. Misalnya Lakmus, akan berwarna merah dalam
larutan yang bersifat asam dan akan berwarna biru dalam larutan yang
bersifat basa. Sifat asam basa suatu larutan juga dapat ditentukan dengan
mengukur pH-nya. pH merupakan suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan
tingkat keasaman larutan. Larutan asam memiliki pH kurang dari 7, larutan basa
memiliki pH lebih dari 7, sedangkan netral pH nya 7. Dalam kehidupan sehari –
hari, senyawa asam dan basa dapat dengan mudah kita temukan. Mulai dari
makanan, minuman dan beberapa produk rumah tangga yang mengandung basa.
Contohnya sabun, deterjen, dan pembersih peralatan rumah tangga.
BAB
II
ISI
A.
TEORI ASAM-BASA
1. Teori
Asam-Basa Arrhenius
Menurut Arrhenius pada tahun 1903,
asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidrogen (atau ion
hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan konsentrasi
ion hidronium (H3O+).
Basa
adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion hidroksida.
Reaksi keseluruhannya:
Secara umum:
Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak
dapat diterapkan pada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak
ada H+ dan OH-.
2. Teori Bronsted dan Lowry
Di tahun 1923, kimiawan Denmark
Johannes Nicolaus BrΦnsted (1879-1947) dan kimiawan Inggris Thomas Martin Lowry
(1874-1936) secara independen mengusulkan teori asam basa baru, yang ternyata
lebih umum.
a.
asam: zat yang mendonorkan proton (H+) pada
zat lain
b.
basa : zat yang dapat menerima proton (H+)
dari zat lain.
Berdasarkan teori ini, reaksi antara
gas HCl dan NH3 dapat dijelaskan sebagai reaksi asam basa, yakni
HCl(g) + NH3(g) →NH4Cl(s)
simbol (g)
dan (s) menyatakan zat berwujud gas dan padat. Hidrogen khlorida mendonorkan
proton pada amonia dan berperan sebagai asam.
Menurut teori BrΦnsted dan Lowry, zat dapat berperan baik sebagai asam
maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepas proton, zat ini akan
berperan sebagai asam dan lawannya sebagai basa. Sebaliknya, bila zuatu zat
lebih mudah menerima proton, zat ini akan berperan sebagai basa.
Dalam suatu larutan asam dalam air, air berperan sebagai basa.
HCl + H2O
→ Cl– + H3O+
asam1+basa 2
→ basa konjugat1+asam konjugat2
Basa konjugat dari suatu asam adalah spesi yang terbentuk ketika satu
proton pindah dari asam tersebut. Asam
konjugat dari suatu basa adalah spesi yang terbentuk ketika satu proton
ditambahkan ke basa tersebut.
Dalam reaksi di atas, perbedaan antara HCl dan Cl– adalah sebuah proton,
dan perubahan antar keduanya adalah reversibel. Hubungan seperti ini disebut
hubungan konjugat, dan pasangan HCl dan Cl– juga disebut sebagai pasangan
asam-basa konjugat.
Larutan dalam air ion CO3 2– bersifat basa. Dalam
reaksi antara ion CO32– dan H2O, yang pertama berperan
sebagai basa dan yang kedua sebagai asam dan keduanya membentuk pasangan asam
basa konjugat.
H2O
+ CO32– → OH– + HCO3–
asam1+basa 2
→ basa konjugat1+asam konjugat2
Zat disebut sebagai amfoter bila zat ini dapat berperan sebagai asam atau
basa. Air adalah zat amfoter. Reaksi antara dua molekul air menghasilkan ion
hidronium dan ion hidroksida adalah
contoh reaksi zat amfoter
H2O
+ H2O → OH– + H3O+
asam1+basa 2
→ basa konjugat1+asam konjugat2
3.
Kekuatan Asam dan Basa
Pada
dasarnya skala/tingkat keasaman suatu larutan bergantung pada konsentrasi ion
H+ dalam larutan. Makin besar konsentrasi ion H+ makin asam larutan tersebut.
Umumnya konsentrasi ion H+ sangat kecil, sehingga untuk menyederhanakan
penulisan, seorang kimiawan dari Denmark bernama Sorrensen mengusulkan konsep
pH untuk menyatakan konsentrasi ion H+. Nilai pH sama dengan negatif logaritma
konsentrasi ion H+ dan secara matematika diungkapkan dengan persamaan:
a.
Derajat keasaman (pH)
Untuk air murni pada temperatur 25 °C:
[H+] = [OH-] = 10-7 mol/L
Sehingga pH air murni = – log 10-7 = 7.
Jika pH = 7, maka larutan bersifat netral
Jika pH < 7, maka larutan bersifat asam
Jika pH > 7, maka larutan bersifat basa
Pada temperatur kamar : pKw = pH + pOH = 14
b. Asam
Kuat
Disebut asam kuat karena zat
terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Untuk menyatakan
derajat keasamannya, dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asamnya dengan
melihat valensinya.
c. Asam
Lemah
Disebut asam lemah karena zat
terlarut dalam larutan ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α < 1). Penentuan besarnya derajat
keasaman tidak dapat ditentukan langsung dari konsentrasi asam lemahnya
(seperti halnya asam kuat). Penghitungan derajat keasaman dilakukan dengan
menghitung konsentrasi [H+] terlebih dahulu dengan rumus :
di mana, Ca = konsentrasi asam lemah
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
d. Basa
Kuat
Disebut basa kuat karena zat
terlarut dalam larutan ini mengion seluruhnya (α = 1). Pada penentuan derajat
keasaman dari larutan basa terlebih dulu dihitung nilai pOH dari konsentrasi
basanya.
e. Basa
lemah
Disebut basa lemah karena zat terlarut dalam larutan
ini tidak mengion seluruhnya, α ≠ 1, (0 < α
< 1). Penentuan besarnya konsentrasi OH- tidak dapat ditentukan
langsung dari konsentrasi basa lemahnya (seperti halnya basa kuat), akan tetapi
harus dihitung dengan menggunakan rumus :
di mana, Cb = konsentrasi basa lemah
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
B.
Asam dan Basa dapat Dibedakan dari Rasa dan
Sentuhan
Asam
mempunyai rasa masam. Rasa masam yang kita kenal misalnya pada beberapa jenis
makanan seperti jeruk, jus lemon, tomat, cuka, minuman ringan (soft drink) dan
beberapa produk seperti sabun yang mengandung belerang dan air accu (Gambar
13). Sebaliknya, basa mempunyai rasa pahit. Tetapi, rasa sebaiknya jangan
digunakan untuk menguji adanya asam dan basa, karena beberapa asam dan basa
dapat mengakibatkan luka bakar dan merusak jaringan.
Seperti
halnya rasa, sentuhan bukan merupakan cara yang aman untuk menguji basa,
meskipun kita telah terbiasa dengan sentuhan sabun saat mandi atau
mencuci. Basa (seperti sabun) bersifat alkali, bereaksi dengan protein di dalam
kulit sehingga sel-sel kulit akan mengalami pergantian. Reaksi ini merupakan
bagian dari rasa licin yang diberikan oleh sabun, yang sama halnya dengan
proses pembersihan dari produk pembersih saluran.
C.
Asam dan
Basa dalam Kehidupan
Beberapa Asam dan Basa Yang Telah Dikenal
Asam merupakan kebutuhan industri yang vital. Empat macam asam yang paling
penting dalam industri adalah asam sulfat, asam fosfat, asam nitrat dan asam
klorida. Asam sulfat (H2SO4) merupakan cairan kental
menyerupai oli. Umumnya asam sulfat digunakan dalam pembuatan pupuk,
pengilangan minyak, pabrik baja, pabrik plastik, obat-obatan, pewarna, dan
untuk pembuatan asam lainnya. Asam fosfat (H3PO4)
digunakan untuk pembuatan pupuk dan deterjen. Namun, sangat disayangkan
bahwa fosfat dapat menyebabkan masalah pencemaran di danau-danau dan aliran
sungai.
Asam nitrat (HNO3) banyak digunakan untuk pembuatan bahan peledak dan
pupuk. Asam nitrat pekat merupakan cairan tidak berwarna yang dapat
mengakibatkan luka bakar pada kulit manusia. Asam klorida (HCl) adalah gas yang
tidak berwarna yang dilarutkan dalam air. Asap HCl dan ion-ionnya yang
terbentuk dalam larutan, keduanya berbahaya bagi jaringan tubuh manusia.
Dalam keadaan murni, pada umumnya basa berupa kristal padat. Beberapa
produk rumah tangga yang mengandung basa, antara lain deodorant, antasid, dan
sabun. Basa yang digunakan secara luas adalah kalsium hidroksida, Ca(OH)2
yang umumnya disebut soda kaustik suatu basa yang berupa tepung kristal
putih yang mudah larut dalam air. Basa yang paling banyak digunakan adalah
amoniak. Amoniak merupakan gas tidak berwarna dengan bau yang sangat
menyengat, sehingga sangat mengganggu saluran pernafasan dan paru-paru
bila gas terhirup. Amoniak digunakan sebagai pupuk, serta bahan pembuatan
rayon, nilon dan asam nitrat.
D.
Pengertian Larutan Penyangga
Larutan
penyangga, larutan
dapar, atau buffer
adalah larutan yang digunakan untuk
mempertahankan nilai pH tertentu agar tidak banyak berubah
selama reaksi kimia
berlangsung.
Larutan
penyangga asam adalah suatu campuran larutan yang tersusun dari asam lemah
dengan garamnya. Larutan penyangga basa adalah suatu campuran larutan yang
tersusun dari basa lemah dengan garamnya.
Meskipun ke
dalam larutan penyangga ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa atau
dilakukan proses pengenceran maka pH larutan tidak berubah. Sebaliknya
penambahan asam atau penambahan basa dalam larutan bukan penyangga menyebabkan
perubahan pH larutan yang dratis
1.
Komponen larutan penyangga terbagi
menjadi:
a. Larutan
penyangga yang bersifat asam
Larutan
ini mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan
ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi
dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan
suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih.
Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah
yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium (Na),
kalium, barium, kalsium, dan lain-lain.
b. Larutan
penyangga yang bersifat basa
Larutan
ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan
ini dapat dibuat dari basa lemah dan garamnya, yang garamnya berasal dari asam
kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah dengan
suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
2. Cara
kerja larutan penyangga
Larutan
penyangga mengandung komponen asam dan basa dengan asam dan basa konjugasinya,
sehingga dapat mengikat baik ion H+ maupun ion OH-. Sehingga penambahan sedikit asam kuat atau
basa kuat tidak mengubah pH-nya secara signifikan. Berikut ini cara kerja
larutan penyangga:
1.
Larutan penyangga asam
Adapun
cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung CH3COOH
dan CH3COO- yang
mengalami kesetimbangan. Dengan proses sebagai berikut:
a. Pada
penambahan asam
Penambahan asam (H+)
akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Dimana ion H+ yang ditambahkan
akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH.
CH3COO-(aq)
+ H+(aq) → CH3COOH(aq)
b. Pada
penambahan basa
Jika yang ditambahkan adalah suatu
basa, maka ion OH- dari basa itu akan bereaksi dengan ion H+
membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan
sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan. Jadi, penambahan
basa menyebabkan berkurangnya komponen asam (CH3COOH), bukan ion H+.
Basa yang ditambahkan tersebut bereaksi dengan asam CH3COOH
membentuk ion CH3COO- dan air.
CH3COOH(aq) + OH-(aq)
→ CH3COO-(aq) + H2O(l)
2. Larutan
penyangga basa
Adapun
cara kerjanya dapat dilihat pada larutan penyangga yang mengandung NH3
dan NH4+ yang mengalami kesetimbangan. Dengan proses
sebagai berikut:
a. Pada
penambahan asam
Jika ditambahkan
suatu asam, maka ion H+ dari asam akan mengikat ion OH-.
Hal tersebut menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan, sehingga konsentrasi
ion OH- dapat dipertahankan. Disamping itu penambahan ini
menyebabkan berkurangnya komponen basa (NH3), bukannya ion OH-.
Asam yang ditambahkan bereaksi dengan basa NH3 membentuk ion NH4+.
NH3(aq) + H+(aq)
→ NH4+(aq)
b.
Pada penambahan basa
Jika yang
ditambahkan adalah suatu basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri, sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan. Basa yang ditambahkan itu
bereaksi dengan komponen asam (NH4+), membentuk komponen
basa (NH3) dan air.
NH4+ (aq)
+ OH-(aq) → NH3 (aq) + H2O(l)
3. Perhitungan
pH Larutan Penyangga
a. Larutan
penyangga asam
Dapat digunakan tetapan
ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu larutan
dengan rumus berikut:
pH = -log (Ka .)
Ka = tetapan ionisasi
asam lemah
a =
jumlah mol asam lemah
g =
jumlah mol basa konjugasi
b.
Larutan penyangga basa
Dapat digunakan
tetapan ionisasi dalam menentukan konsentrasi ion H+ dalam suatu
larutan dengan rumus berikut:
pH = - log (Kb. )
Kb = tetapan
ionisasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
g = jumlah mol asam konjugasi
B.
HIDROLISIS
1. Pengertian
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH−) melalui suatu
proses kimia. Proses ini biasanya digunakan untuk memecah polimer tertentu, terutama yang dibuat
melalui polimerisasi tumbuh bertahap (step-growth
polimerization).
Hidrolisis merupakan penguraian garam oleh air
atau reaksi ion-ion garam dengan air. Pada penguaian garam ini, dapat terjadi
beberapa kemungkinan, yaitu:
·
Ion garam bereaksi dengan air menghasilkan ion H
·
Ion garam
bereaksi dengan air menghasilkan ion H+, sehingga menyebabkan [H+]
dalaMm air bertambah dan akibatnya [H+] > [OH-],
maka larutan bersifat asam.
·
Ion garam
tersebut tidak bereaksi dengan air, sehingga [H+] dalam air akan
tetap sama dengan [OH-], maka air akan tetap netral (pH = 7).
Ion garam dianggap bereaksi
dengan air, bila ion tersebut dalam reaksinya menghasilkan asam lemah atau basa
lemah, sebab bila menghasilkan asam atau basa kuat maka hasil reaksinya akan
segera terionisasi sempurna dan kembali menjadi ion-ionnya. Jika ditinjau dari
asam dan basa pembentuknya ada empat jenis garam yang dikenal, yaitu:
1.
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat
2.
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah
3.
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa lemah
4.
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa kuat
2.
Contoh menghitung hirolisis
1.
Garam dari Asam Kuat dengan Basa Kuat
Asam kuat dan basa kuat bereaksi
membentuk garam dan air. Kation dan anion garam berasal dari elektrolit kuat
yang tidak terhidrolisis, sehingga larutan ini bersifat netral, pH larutan ini
sama dengan 7.
Contoh:
Larutan KCl
berasal dari basa kuat KOH terionisasi sempurna membentuk kation dan anionnya.
KOH terionisasi menjadi H + dan Cl - .
Masing-masing ion tidak bereaksi dengan air, reaksinya dapat ditulis sebagai
berikut.
KCl (aq) →
K + (aq) + Cl - (aq)
K + (aq) +
H 2 O (l) →
Cl - (aq) + H 2 O (l) →
2.
Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Garam yang terbentuk dari asam kuat dengan basa lemah
mengalami hidrolisis sebagian (parsial) dalam air. Garam ini mengandung kation
asam yang mengalami hidrolisis. Larutan garam ini bersifat asam, pH <7.
Contoh:
Amonium klorida (NH 4 Cl)
merupakan garam yang terbentuk dari asam kuat, HCl dalam basa lemah NH 3 .
HCl akan terionisasi sempurna menjadi H + dan Cl - sedangkan
NH 3 dalam larutannya akan terionisasi sebagian membentuk
NH 4 + dan OH - .
Anion Cl - berasal dari asam kuat tidak dapat
terhidrolisis, sedangkan kation NH 4 + berasal
dari basa lemah dapat terhidrolisis.
NH 4 Cl (aq) →
NH 4 + (aq) + Cl - (aq)
Cl - (aq) +
H 2 O (l) →
NH 4 + (aq) +
H 2 O (l) → NH 3
(aq) + H 3 O + (aq)
Reaksi
hidrolisis dari amonium (NH 4 + )
merupakan reaksi kesetimbangan. Reaksi ini menghasilkan ion oksonium (H 3 O + )
yang bersifat asam (pH<7). Secara umum reaksi ditulis:
BH + +
H 2 O → B + H 3 O +
3.
Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam yang terbentuk dari asam lemah dengan basa kuat
mengalami hidrolisis parsial dalam air. Garam ini mengandung anion basa yang
mengalami hidrolisis. Larutan garam ini bersifat basa (pH > 7).
Contoh:
Natrium asetat (CH 3 COONa)
terbentuk dari asam lemah CH 3 COOH dan basa kuat NaOH. CH 3 COOH
akan terionisasi sebagian membentuk CH 3COO - dan
Na + . Anion CH 3 COO - berasal
dari asam lemah yang dapat terhidrolisis, sedangkan kation Na + berasal
dari basa kuat yang tidak dapat terhidrolisis.
CH 3 COONa (aq) →
CH 3 COO - (aq) + Na + (aq)
Na + (aq) +
H 2 O (l) →
CH 3 COO - (aq) +
H 2 O (l) → CH 3 COOH (aq) +
OH - (aq)
Reaksi
hidrolisis asetat (CH 3 COO ‑ )
merupakan reaksi kesetimbangannya. Reaksi ini menghasilkan ion OH ‑ yang
bersifat basa (pH > 7). Secara umum reaksinya ditulis:
A - +
H 2 O → HA + OH –
4.
Garam dari Asam Lemah dengan Basa Lemah
Asam lemah dengan basa lemah dapat membentuk garam
yang terhidrolisis total (sempurna) dalam air. Baik kation maupun anion dapat
terhidrolisis dalam air. Larutan garam ini dapat bersifat asam, basa, maupun
netral. Hal ini bergantung dari perbandingan kekuatan kation terhadap anion
dalam reaksi dengan air.
Contoh:
Suatu asam lemah HCN dicampur dengan basa lemah, NH 3 akan
terbentuk garam NH 4 CN. HCN terionisasi sebagian dalam
air membentuk H + dan CN - sedangkan
NH 3 dalam air terionisasi sebagian membentuk NH4+ dan
OH-. Anion basa CN - dan kation asam NH 4 +dapat
terhidrolisis di dalam air.
NH 4 CN (aq) →
NH 4 + (aq) + CN - (aq)
NH 4 + (aq) +
H 2 O → NH 3(aq) +
H 3 O (aq) +
CN - (aq) +
H 2 O (e) → HCN (aq) +
OH - (aq)
Sifat
larutan bergantung pada kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya (Ka dan Kb).
·
Jika Ka < Kb (asam lebih lemah dari pada basa) maka
anion akan terhidrolisis lebih banyak dan larutan bersifat basa.
·
Jika Ka >
Kb (asam lebih kuat dari pada basa) maka kation akan terhidrolisis lebih banyak
dalam larutan bersifat asam.
·
Jika Ka = Kb (asam sama lemahnya dengan basa) maka
larutan bersifat netral.
3.
Menghitung pH
Garam yang mengalami hidrolisis
membentuk suatu reaksi kesetimbangan. Pada reaksi kesetimbangan anion basa atau
kation asam, akan dibebaskan OH - atau H + .
Ion OH - dan ion H + inilah yang
dapat menentukan apakah larutan tersebut bersifat asam, basa atau netral.
Karena hidrolisis garam merupakan reaksi refersibel (bolak-balik), maka reaksi
ini mempunyai tetapan kesetimbangan yang disebut tetapan hidrolisis (Kh).
Besarnya Kh bergantung pada harga tetapan ionisasi asam (Ka) atau tetapan
ionisasi basa (Kb). Tetapan hidrolisis dapat digunakan untuk menentukan pH
larutan garam.
1. Garam dari
Asam Kuat dengan Basa Kuat
Garam yang berasal dari asam kuat
dan basa kuat jika dilarutkan dalam air menunjukkan reaksi netral, karena anion
maupun kationnya masing-masing tidak ada yang bergabung dengan ion hidrogen
atau hidroksida. Untuk menentukan produk yang sangat sedikit berdisosiasi.
Karena itu kesetimbangan air tidak terganggu.
H 2 O (l) → H + (aq) +
OH - (aq)
Karena konsetrasi
H + dan OH - dalam larutan sama, maka
larutan bersifat netral (pH=7)
2.
Garam dari Asam Kuat dengan Basa Lemah
Jika garam yang berasal dari asam kuat dengan basa
lemah dilarutkan ke dalam air, maka larutan tersebut bersifat asam (pH < 7).
Kation asam (BH + ) dari garam bereaksi dengan air yang
menghasilkan ion H 3 O + .
BH + (aq) +
H 2 O (l) → B (aq) +
H 3 O + (aq) .
Reaksi ini
mempunyai tetapan hidrolisis (Kh) sebagai berikut.
Konsentrasi
BH + semula, sama dengan konsentrasi garamnya. Jika konsentrasi
BH + mula-mula sebesar M dan hidrolisis sebesar α, maka
konsentrasi semua komponen dalam persamaan tersebut adalah:
Karena nilai α sangat kecil, maka
besarnya α pada M-α diabaikan, sehingga untuk M-α = M. Besarnya konsentrasi B
dan H 3 O + adalah sama. Karena H 3 O + dapat
diganti H +, persamaan tetapan hidrolisis dapat ditulis.
Suatu basa
dapat mengalami kesetimbangan sebagai berikut.
B (aq) + H 2 O (l) → BH + (aq) +
OH - (l)
Selanjutnya
konsentrasi ion H + dapat ditulis:
Keterangan:
Kh : tetapan hidrolisis
Kh : tetapan hidrolisis
Kw : tetapan
kesetimbangan air
Kb : tetapan
ionisasi basa
[BH + ]
: konsentrasi kation dari garam
3.
Garam dari Asam Lemah dengan Basa Kuat
Garam yang berasal dari asam lemah
dengan basa kuat jika dilarutkan dalam air maka larutan tersebut bersifat basa
(pH > 7). Anion basa (A - ) dari garam bereaksi dalam
air yang menghasilkan ion OH - .
A - (aq) +
H 2 O (l) → HA (aq) +
OH - (aq)
Reaksi ini
mempunyai tetapan hidrolisis sebagai berikut.
Konsentrasi
A - semula sama dengan konsentrasi garamnya. Jika
konsentrasi A - mula-mula sebesar M dan terhidrolisis
sebesar α, maka untuk konsentrasi semua komponen dalam persamaan tersebut
adalah:
Karena nilai
α relatif kecil (dapat diabaikan) sehingga nilai (M-α) sama dengan M.
Asam lemah akan terionisasi menjadi:
HA → H + +
A -
Konsentrasi
HA sama dengan konsentrasi OH -, sehingga diperoleh persamaan
tetapan:
Selanjutnya
konsentrasi OH - dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
Kh : tetapan
hidrolisis
Kw : tetapan
kesetimbangan air
Ka : tetapan
ionisasi asam
[A-] :
konsentrasi anion dari garam
4.
Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah
Garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah jika
dilarutkan dalam air dapat bersifat asam, basa atau netral tergantung pada
kekuatan relatif asam dan basa penyusunnya. Larutan garam ini akan
terhidrolisis sempurna baik kation [BH + ] maupun anionnya
[A - ].
Tetapan
hidrolisis (Kh) dari hidrolisis di atas dapat ditulis sebagai berikut.
Selanjutnya
untuk menghitung [H + ] adalah sebagai berikut.
C.
HASIL DISKUSI DAN PEMBAHASANNYA
1. Kesulitan-kesulitan
yang dihadapi siswa
a.
Asam-Basa
Bronsted-Lowry
susah menentukan asam-basa
konjugasi.
b.
Masih belum
paham dalam menyetarakan persamaan reaksi untuk menyelesaikan soal.
c.
Siswa sulit
menentukan cara memasangkan pasangan elektron dalam Asam Basa Lewis.
2.
Pembahasannya
a.
Asam : donor
proton
Basa : penerima proton
Contoh :
HF(aq) + H2O(l) à H3O+(aq)
+ F(aq)
Pasangan antara HF dan F-, H2O dan H3O+ disebut
pasangan asam basa konjugasi. F- adalah basa konjugasi
dari HF, sedangkan HF adalah asam konjugasi dari F-. Pada
kesetimbangan ini kita juga melihat bahwa H2O merupakan
basa konjugasi dari H3O+ dan H3O+ adalah
asam konjugasi dari H2O.
b.
Kelompok 1: Larutan asam yang bervalensi 1 (misalnya
HCl, HBr, HNO3) dan basa bervalensi 1 (misalnya NaOH, LiOH, KOH);
Larutan asam yang bervalensi 2 (misalnya H2S, H2SO4,
H2CO3) dan basa bervalensi 2 {Mg(OH)2, Ca(OH)2,
Be(OH)2}.
Jika kedua larutan yang bervalensi sama saling berikatan, maka penyetaraan
hanya dilakukan pada jumlah atom H pada ruas kiri dan kanan (khusus untuk asam
basa bervalensi lebih dari 1)
Contoh 1 (Valensi 1): tuliskan persamaan reaksi antara larutan asam clorida dengan larutan natrium hidroksida yang menghasilkan larutan natrium clorida dan air.
Contoh 1 (Valensi 1): tuliskan persamaan reaksi antara larutan asam clorida dengan larutan natrium hidroksida yang menghasilkan larutan natrium clorida dan air.
HCl(aq) + NaOH(aq) --> NaCl(aq) + H2O(l)
Contoh 2 (Valensi 2): tuliskan persamaan reaksi antara
larutan asam sulfat dengan larutan calsium hidroksida yang menghasilkan larutan
calsium sulfat dan air.
H2SO4(aq) + Ca(OH)2(aq) --> CaSO4(aq)
+ 2 H2O(l)
Kelompok 2:
Larutan asam yang bervalensi lebih dari 1 (misalnya H2SO4,
H2S, H3PO4) sedangkan basa bervalensi 1 (NaOH,
KOH, LiOH). Aturan yang dipakai dalam menyetarakan reaksi asam
basa adalah sebagai berikut:
1. Tuliskan persamaan reaksi belum setara
1. Tuliskan persamaan reaksi belum setara
2. Setarakan
jumlah sisa basa (logam) pada garam
3. Setarakan
jumlah atom H pada kedua ruas
4. Tuliskan
persamaan reaksi setara serta wujud zatnya.
Contoh 1:
tuliskan persamaan reaksi antara larutan asam sulfat dengan larutan natrium
hidroksida yang menghasilkan larutan natrium sulfat dan air.
1. Tuliskan persamaan reaksi belum setara
1. Tuliskan persamaan reaksi belum setara
H2SO4
+ NaOH --> Na2SO4 + H2O
2. Setarakan
jumlah sisa basa (logam) pada garam: yaitu Na
H2SO4
+ 2 NaOH --> Na2SO4 + H2O
3. Setarakan
jumlah atom H pada kedua ruas
H2SO4
+ 2 NaOH --> Na2SO4 + 2 H2O
4.Tuliskan persamaan reaksi setara serta wujud zatnya.
H2SO4(aq) + 2 NaOH(aq)
--> Na2SO4(aq) + 2 H2O(l)
Kelompok 3: Larutan asam yang bervalensi 1 (misalnya HCl, HBr, HNO3)
sedangkan basa bervalensi lebih dari 1 {Ca(OH)2, Mg(OH)2,
Al(OH)3}. Aturan yang dipakai dalam
menyetarakan reaksi asam basa adalah sebagai berikut:
1. Tuliskan persamaan reaksi belum setara
1. Tuliskan persamaan reaksi belum setara
2. Setarakan jumlah sisa asam (non logam) pada garam
3. Setarakan
jumlah atom H pada kedua ruas
4. Tuliskan persamaan
reaksi setara serta wujud zatnya.
Contoh 1:
tuliskan persamaan reaksi antara larutan asam clorida dengan larutan magnesium
hidroksida yang menghasilkan larutan magnesium clorida dan air.
1. Tuliskan persamaan reaksi belum setara
1. Tuliskan persamaan reaksi belum setara
HCl + Mg(OH)2
--> MgCl2 + H2O
2. Setarakan
jumlah sisa asam (non logam) pada garam: yaitu Cl2
HCl + Mg(OH)2 --> MgCl2
+ H2O
3. Setarakan
jumlah atom H pada kedua ruas
2 HCl + Mg(OH)2 --> MgCl2 + 2 H2O
4. Tuliskan
persamaan reaksi setara serta wujud zatnya.
2
HCl(aq) + Mg(OH)2(aq) -->
MgCl2(aq) + 2 H2O(l)
Kelompok 4: Larutan asam bervalensi 2 (misalnya H2S, H2SO4,
H2CO3) sedangkan basa bervalensi 3 {Fe(OH)3,
Al(OH)3}; atau Larutan asam bervalensi 3 (H3PO4)
sedangkan basa bervalensi 2 {Mg(OH)2, Ca(OH)2}
Aturan yang
dipakai dalam menyetarakan reaksi asam basa adalah sebagai berikut:
1.
Tuliskan persamaan reaksi belum setara
2.
Setarakan jumlah sisa asam pada garam
3.
Setarakan jumlah sisa basa pada garam
4.
Setarakan jumlah atom H pada kedua ruas
5.
Tuliskan persamaan reaksi setara serta wujud zatnya.
Contoh 1:
tuliskan persamaan reaksi antara larutan asam karbonat dengan larutan aluminium
hidroksida yang menghasilkan larutan magnesium clorida dan air.
1. Tuliskan
persamaan reaksi belum setara
3 H2CO3
+ Al(OH)3 --> Al2(CO3)3 + H2O
2. Setarakan
jumlah sisa asam pada garam: yaitu CO3
3 H2CO3
+ Al(OH)3 --> Al2(CO3)3 + H2O
3. Setarakan
jumlah sisa basa pada garam: yaitu Al
3 H2CO3
+ 2 Al(OH)3 --> Al2(CO3)3 + H2O
4. Setarakan
jumlah atom H pada kedua ruas
3
H2CO3 + 2 Al(OH)3
--> Al2(CO3)3 + 6 H2O
5. Tuliskan
persamaan reaksi setara serta wujud zatnya.
3 H2CO3(aq) + 2 Al(OH)3(aq)
--> Al2(CO3)3(aq) + 6 H2O(aq)
c.
Pasangan
Asam Basa Lewis
Asam Lewis
adalah zat yang dapat menerima pasangan elektron. Sedangkan Basa Lewis adalah
zat yang dapat memberikan pasangan elektron.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari materi Asam-Basa, Larutan penyangga (Buffer), dan Hidrolisis, dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Sulit
menentukan pasangan asam-basa Konjugasi menurut Bronsted-Lowry.
2.
Sulit
menentukan cara memasangkan pasangan Asam-Basa Lewis.
3.
Sulit dalam
menyetarakan persamaan reaksi.
DAFTAR REFERENSI