A. Pengertian
Anion dan Kation
Ion
adalah atom atau sekumpulan atom yang bermuatan listrik.Ion bermuatan negatif,
yang menangkap satu atau lebih elektron, disebut anion, karena dia tertarik
menuju anode.Ion bermuatan positif, yang kehilangan satu atau lebih elektron,
disebut kation, karena tertarik ke katode. Proses pembentukan ion disebut
ionisasi. Atom atau kelompok atom yang terionisasi ditandai dengan tikatas n+
atau n-, di mana n adalah jumlah elektron yang hilang atau
diperoleh.
B. Pengertian
Resin Penukar Ion
Resin
adalah senyawa hidrokarbon terpolimerisasi sampai tingkat yang tinggi yang
mengandung ikatan-ikatan hubung silang (cross-linking) serta gugusan yang
mengandung ion-ion yang dapat dipertukarkan .Berdasarkan gugus fungsionalnya,
resin penukar ion terbagi menjadi dua yaitu resin penukar kation dan resin
penukar anion. Resin penukar kation, mengandung kation yang dapat dipertukarkan.
sedang resin penukar anion, mengandung anion yang dapat yang dapat
dipertukarkan (Lestari,2007).
Penukar
ion adalah pertukaran ion-ion secara reversible antara cairan dan padatan.
Pertukaran ion antar fasa yang berlangsung pada permukaan padatan tersebut
merupakan proses penyerapan yang menyerupai proses penyerapan. Dalam pengolahan
air, penukar ion dapat digunakan dalam pelunakan air, demine-ralisasi atau
“recovery” ion-ion metal yang terdapat di dalam air.Bahan penukar ion merupakan
suatu struktur organik/anorganik yang berupa gugus-gugus fungsional berpori.
Kapasitas penukaran ion ditentukan oleh jumlah gugus fungsional per-satuan
massa resin. Penukar ion positif (resin kation) ialah resin yang dapat
mempertukarkan ion-ion positif dan penukar ion negatif ialah resin yang dapat
mempertukarkan ion-ion negatif. Resin kation mempunyai gugus fungsi asam,
seperti sulfonat, sementara resin anion mempunyai gugus fungsi basa, seperti
Amina. Resin penukar ion dapat digolongkan atas bentuk gugus fungsi asam kuat,
asam lemah, basa kuat, dan basa lemah (Anonim, 2007).
Suatu
resin penukar ion yang ingin direaksikan dalam suatu sistem dapat dilakukan
dengan memasukkan gugus-gugus dari suatu resin yang terionkan kedalam suatu
matriks polimer organik, yang paling lazim di antaranya ialah polisterina
hubungan silang yang di atas digunakan sebagai absorben. Produk tersedia dengan
berbagai derajat hubungan silang. Suatu
resin umum yang lazim ialah resin “8% terhubung silang” yang berarti kandungan
divenilbenzenanya 8 %. Resin-resin itu dihasilkan dalam bentuk manik-manik
bulat, biasanya dengan 0,1-0,5 mm, meskipun ukuran–ukuran lain juga tersedia
(Svehla, 1985).
Resin
pertukaran ion merupakan bahan sintetik yang berasal dari aneka ragam bahan,
alamiah maupun sintetik, organik maupun anorganik, memperagakan perilaku
pertukaran ion dalam analisis laboratorium di mana keseragaman dipentingkan
dengan jalan penukaran dari suatu ion. Pertukaran ion bersifat stokiometri,
yakni satu H+ diganti oleh suatu Na+.
Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan dan jarang berlangsung
lengkap, namun tak peduli sejauh mana proses itu terjadi, stokiometrinya
bersifat eksak dalam arti satu muatan positif meninggalkan resin untuk tiap
satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar yakni ion yang tidak terikat pada
matriks polimer disebut ion lawan (Counterion). Pada umumnya senyawa yang
digunakan untuk kerangka dasar resin penukar ion asam kuat dan basa kuat adalah
senyawa polimer stiren divinilbenzena. Ikatan kimia pada polimer ini amat kuat sehingga
tidak mudah larut dalam keasaman dan sifat basa yang tinggi dan tetap stabil
pada suhu diatas 150oC (Underwood, 1989).
Resin
dapat digunakan dalam suatu analisis jika resin itu harus cukup terangkai
silang, sehingga keterlarutan yang dapat diabaikan, resin itu cukup hidrofilik
untuk memungkinkan difusi ion-ion melalui strukturnya dengan laju yang terukur
dan berguna. Selain itu, resin juga harus menggunakan cukup banyak gugus
penukar ion yang dapat dicapai dan harus stabil kimiawi dan resin yang sedang
mengembang, harus lebih besar rapatannya daripada air (Harjadi, 1993).
Prinsip-prinsip
dasar dari pertukaran ion telah banyak menetapkan penelitian-penelitian dalam
sistem air, serta menghasilkan penetapan-penetapan yang berguna.Namun lingkup
dari pertukaran ion telah diperluas selama sekitar dekade terakhir ini, dengan
menggunakan baik sistem pelarut organik, maupun sistem pelarut campuran
air-organik.Pelarut-pelarut organik yang umum digunakan adalah
senyawaan-senyawaan akso dari tipe alkohol, keton dan karboksilat yang umumnya
mempunyai tetapan dielektrik dibawah 40 (Svehla, 1985).
Semua
penukar ion yang bernilai dalam analisis, memilih beberapa kesamaan sifat:
mereka hampir-hampir tak dapat larut dalam air dan pelarut organik, dan
mengandung ion-ion katif dan ion-ion lawan yang akan bertukar secara reversibel
dengan ion-ion lain dalam larutan yang mengelilinginya tanpa terjadi
perubahan-perubahan fisika yang berarti dalam bahan tersebut. Penukaran ion
bersifat kompleks dan sesungguhnya adalah polimerik.Polimer ini membawa suatu
muatan listrik yang tepat dinetralkan oleh muatan-muatan pada ion-ion lawannya
(ion aktif).Ion-ion aktif ini berupa kation-kation dalam penukar kation, dan
berupa anion-anion dalam penukar anion (Bassett, 1994).
Larutan
yang melalui kolom disebut influent, sedangkan larutan yang keluar kolom
disebut effluent. Proses pertukarannya adalah serapan dan proses pengeluaran
ion adalah desorpsi atau elusi. Mengembalikan resin yang sudah terpakai ke
bentuk semula disebut regenerasi sedangkan proses pengeluaran ion dari kolom
dengan reagent yang sesuai disebut elusi dan pereaksinya disebut eluent. Yang
disebut dengan kapasitas pertukaran total adalah jumlah gugusan-gugusan yang
dapat dipertukarkan di dalam kolom, dinyatakan dalam miliekivalen. Kapasitas
penerobosan (break through capacity) didefinisikan sebagai banyaknya ion yang
dapat diambil oleh kolom pada kondisi pemisahan; dapat juga dikatakan sebagai
banyaknya miliekivalen ion yang dapat ditahan dalam kolom tanpa ada kebocoran
yang dapat teramati. Kapasitan penerobosan lebih kecil dari kapasitas total
pertukaran kolom dan tidak tergantung terhadap sejumlah variabel, seperti tipe resin, afinitas
penukaran ion, komposisi larutan, ukuran partikel, dan laju aliran (Khopkar,
1990).
C. Latar
Belakang Kromatografi Penukar Ion
Kromatografi
adalah teknik untuk memisahkan campuran menjadi komponennya dengan bantuan
perbedaan sifat fisik masing-masing komponen.Alat yang digunakan terdiri atas
kolom yang didalamnya diisikan fasa stasioner (padatan atau cairan). Campuran
ditambahkan ke kolom dari ujung satu dan campuran akan bergerak dengan bantuan
pengemban yang cocok (fasa mobil). Pemisahan dicapai oleh perbedaan laju turun
masing-masing komponen dalam kolom, yang ditentukan oleh kekuatan adsorpsi atau
koefisien partisi antara fasa mobil dan fasa diam (stasioner) (Takeuchi, 2009).
Kromatografi
pertukaran ion adalah salah satu teknik pemurnian senyawa spesifik di dalam
larutan campuran.Prinsip utama dalam metode ini didasarkan pada interaksi
muatan positif dan negatif antara molekul spesifik dengan matriks yang barada
di dalam kolom kromatografi.Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang
ilmuwan bernama Thompson pada tahun 1850. Secara umum, teradapat dua jenis
kromatografi pertukaran ion, yaitu:
1. Kromatografi
pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif dan
kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang digunakan
biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil
(-CH2-CH2-CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan
dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat,
buffer MES dan fosfat.
2. Kromatografi
pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif dan
kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan
biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H,
dan –N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini
adalah N-metil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin (Anonim, 2013).
Metode
ini banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama enzim). Molekul
lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran
ion ini antara lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin.(Underwood,
1989).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar