Laman

Rabu, 25 Desember 2013

Makalah Strategi Belajar Mengajar Kimia tentang Metode NHT dan TPS


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.Paradigma lama tentang proses pembelajaran yang bersumber pada teori tabula rasa John Lock dimana pikiran seorang anak seperti kertas kosong dan siap menunggu coretan-coretan dari gurunya sepertinya kurang tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini.Tuntutan pendidikan sudah banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa.Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat,dan dengar.
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Apakah apa yang dimaksud dengan Number Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS) ?
2.      Bagaimana Langkah-langkah model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)  dan Think Pair Share (TPS)?
3.      Apa Kelebihan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)?
4.      Apa Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)?
5.      Bagaimana Penerapan Pembelajaran Kimia Menggunakan Model Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS). 
C.    Tujuan Penulisan :

1.        Untuk mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan Number Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS).
2.        Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)  dan Think Pair Share (TPS).
3.        Kelebihan Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS).
4.        Kelemahan Numbered Head Together (NHT) DAN Think Pair Share (TPS).
5.        Penerapan Pembelajaran Kimia Menggunakan Model Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS). 

                                                                           BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian  Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)
Menurut Suhermi, 2004 (dalam Idha Sri Wahyuni ,2013) menyatakan bahwa “Numbered Head Together adalah pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam  menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan  mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut”. Pendapat seperti di atas juga di dukung oleh para ahli yang lain seperti Muslimin (2000:65) yang mengemukakan bahwa: “Numbered Head Together adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tetapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa dengan nomor yang sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja dalam kelompok, presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya masing-masing, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling berbagi ilmu antara satu dengan yang lainnya.
Sedangkan metode pembelajaran Think Pair Share diharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Hal ini sesuai dengan pengertian dari model pembelajaran Think Pair Share itu sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Lie (2002:57) bahwa, “Think-Pair-Share adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerjasama dengan orang lain. Maka dalam hal ini, guru sangatlah berperan untuk membimbing siswa melakukan diskusi kelompok, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan demikian jelas bahwa melalui model pembelajaran Think Pair Share, siswa secara langsung dapat memecahkan suatu masalah, memahami suatu materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan dari hasil diskusi serta mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan siwa.
B.      Langkah-langkah Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)  dan Think Pair Share (TPS)
Numbered Head Together dikembangkan oleh Spencer Kagen dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Sebagai pengganti pertanyaan langsung kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat langkah sebagai berikut:
  • Langkah 1, penomoran (numbering): guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3 hingga 5 orang dan memberi mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang berbeda.
  • Langkah 2, pengajuan pertanyaan: guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
  • Langkah 3, berpikir bersama (Head Together): para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
  • Langkah 4, pemberian jawaban: guru menyebutkan suatu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas (Ibrahim et all, 2000: 28).
Sebagai suatu model pembelajaran Think-Pair-Share memiliki langkah-langkah tertentu. Menurut Muslimin (2001: 26) langkah-langkah Think-Pair-Share ada tiga yaitu : Berpikir (Thinking), berpasangan (Pair), dan berbagi (Share) :
Tahap 1 : Thinking (berpikir) . Kegiatan pertama dalam Think-Pair-Share yakni guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan topik pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan tersebut secara untuk beberapa saat. Dalam tahap ini siswa dituntut lebih mandiri dalam mengolah informasi yang dia dapat.
Tahap 2 : Pairing (berpasangan) . Pada tahap ini guru meminta siswa duduk berpasangan dengan siswa lain untuk mendiskusikan apa yang telah difikirkannya pada tahap pertama. Interaksi pada tahap ini diharapkan dapat membagi jawaban dengan pasangannya. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.
Tahap 3 : Share (berbagi). Pada tahap akhir guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Ini efektif dilakukan dengan cara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
C.     Kelebihan Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi

Kelebihan ini terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.  Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan.  Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya, berdiskusi, dan mengembangkan bakat kepemimpinan.
Adapaun kelebihan metode pembelajaran TPS menurut Ibrahim, dkk. (2000:6):
a)      Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
b)      Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan
c)      mempengaruhi hasil belajar mereka.
d)     Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.
e)      Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.
f)       Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini
g)      dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
h)      Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
i)        Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
Tahapan-tahapan dalam pembelajaran Think Pair Share memang sangat sederhana, namun penting terutama dalam menghindari kesalahan dalam kerja kelompok siswa. Dalam model ini guru meminta siswa untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan siswa lain, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Adanya kegiatan berpikir, berpasangan dan berbagi dalam metode Think Pair Share ini memberi banyak keuntungan yakni siswa secara individual dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir sehingga kualitas jawaban siswa juga dapat meningkat.

D.    Kelemahan Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)
Dalam menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) terdapat beberapa kelemahan yang harus diwaspadai, hal ini dilakukan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran, adapun kelemahan-kelemahan tersebut menurut Krismanto (2003:65) adalah “1) Siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional akan sedikit kewalahan, 2) Guru harus bisa memfasilitasi siswa, 3) tidak semua mendapat giliran”.
Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.  Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai.  Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share adalah sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12). Kelemahan metode TPS adalah pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa (Ibrahim,2000:18). Dengan adanya rasa tidak percaya diri pada siswa untuk menjelaskanmateri kepada teman sekelompoknya, membuat siswa tersebut akan merasa tidak bisa dan akan mengganggu siswa yang lain yang sedang belajar sehingga kelas akan menjadi sangat ribut.

E.     Penerapan Pembelajaran Kimia Menggunakan Model Numbered Head Together (NHT) dan Think Pair Share (TPS)
Pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT khususnya dalam memberikan contoh Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur yang membuat siswa aktif dan lebih termotivasi dalam belajar. Dengan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe NHT ini, mereka lebih mudah untuk memahami konsep-konsep Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur maka digunakan contoh-contoh yang ada dalam kehidupan sehari-hari mereka mulai dari menanyakan contoh nomor  atom yang mereka kenal, lalu nama kimia sampai pada penulisan rumus kimianya.  Meskipun tidak dapat melihat langsung struktur atom tersebut, namun mereka dapat melihat nomor atomnya dan mengetahui letaknya dalam sistem periodik unsur. Hal ini dapat merangsang minat dan perhatian siswa dalam memahami dan mengingat informasi yang didapat sehingga bertahan lama dalam ingatannya
Sedangkan untuk pokok bahasan hidrokarbon, khususnya tentang penggolongan hidrokarbon, siswa dituntut untuk dapat menguasai dan memahami penentuan nama senyawa alkana, alkena, alkuna. Pemahaman konsep hidrokarbon ini mencakup: penentuan rantai terpanjang, prioritas penomoran  pada rantai terpanjang, dan urutan prioritas alkil berdasarkan abjad. Jika siswa tidak  dapat menguasai hal tersebut maka akan mengalami kesulitan dalam tata nama senyawa hidrokarbon.
Untuk mengatasi kesulitan–kesulitan siswa dalam mengerjakan soal-soal kimia dapat diterapkan metode pembelajaran yang tepat, yang sesuai dengan situasi dan materi yang akan disampaikan agar pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien DAN membuat siswa aktif, lebih banyak berpikir, mudah berinteraksi dengan guru maupun dengan temannya, dan mampu mengemukakan pendapatnya maupun menanggapi pertanyaan dan bekerjasama dengan teman maka dari itu, model Think-Pair-Share (TPS) atau Berpikir-Berpasangan-Berbagi merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan :
Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran berkelompok yang setiap anggota kelompoknya bertanggung jawab atas tugas kelompoknya masing-masing, sehingga tidak ada pemisahan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam satu kelompok untuk saling berbagi ilmu antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan metode pembelajaran Think Pair Share adalah metode yang diharapkan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
B.     Saran :
Makalah ini sangat tepat dibaca untuk teman-teman yang akan menjadi calon-calon pendidik (guru) agar dapat menambah wawasan tentang model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar.


DAFTAR PUSTAKA :
Al. Krismanto.2003. Beberapa Teknik Model, dan Strategi Dalam Pembelajaran Matematika. PPPG Matematika Yogyakarta 2003. Skripsi tidak diterbitkan.
Anita Lie. 2002. Coperative Learning (Mempraktikan Cooperative Learning diruang-ruang kelas) . Jakarta : Gramedia Widiasarana.
Hartina. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS) terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 5
Makassar (Studi pada Materi Pokok Laju Reaksi
). Skripsi tidak diterbitkan.
Ibrahim, M, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : University Press.
Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press.

Wahyuni, Ridha Sri. 2013. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) . (online) . (http://ri1990.blogspot.com/2013/05/model-pembelajaran-kooperatif-tipe.html).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar